Sabtu, 18 September 2010

PENGEMBANGAN KURIKULUM

Sabtu, 18 September 2010
Oleh: Mia Sartika, S.Pd




BAB I
PENDAHULUAN


I.1. LATAR BELAKANG
Dewasa ini, pendidikan di Indonesia mendapat sorotan utama baik dari pemerintahan pusat maupun pemerintahan daerah. Hal ini merupakan hal yang melegakan bagi dunia pendikan di Indonesia untuk semakin meningkatkan mutu pendidikan baik dari segi perangkat pendidikan, fasilitas, sarana penunjang pendidikan dan kurikulum yang digunakan.

Berbicara mengenai kurikulum maka hal ini tidak pernah lepas dari sisi dunia pendidikan. Kurikulum merupakan seperangkat rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Dimana dalam kurikulum terintegrasi filsafat, nilai-nilai, pengetahuan, dan perbuatan pendidikan. Kurikulum disusun oleh para ahli pendidikan/ ahli kurikulum, ahli bidang ilmu, pendidik, pejabat pendidikan, pengusaha serta unsur-unsur masyarakat lainnya. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

Oleh karena kurikulum ini begitu penting bagi praktik pendidikan, maka pelaksanaan pengembangan kurikulum merupakan kebutuhan yang mendesak bagi meningkatnya arus globalisasi terutama dalam dunia pendidikan.

I.2. RUMUSAN MASALAH
Rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Apa sajakah prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum?
2. Siapa sajakah para pengembang kurikulum?
3. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pengembangan kurikulum?
4. Bagaimanakah artikulasi dan hambatan-hambatan dalam pengembangan kurikulum?

I.3. TUJUAN
Tujuan pembuatan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Memahami prinsip-prinsip dalam pengembangan kurikulum.
2. Mengetahui peran para pengembang kurikulum.
3. Memahami faktor-faktor yang mempengaruhi pengembangan kurikulum.
4. Memahami artikulasi dan hambatan-hambatan dalam pengembangan kurikulum.





BAB II
PEMBAHASAN

II.1. PRINSIP-PRINSIP PENGEMBANGAN KURIKULUM
Kurikulum merupakan rancangan pendidikan yang merangkum semua pengalaman belajar yang disediakan bagi siswa di sekolah. Rancangan ini disusun dengan maksud memberi pedoman kepada para pelaksana pendidikan, dalam proses pembimbingan perkembangan siswa, mencapai tujuan yang dicita-citakan oleh siswa sendiri, keluarga, maupun masyarakat.

Terdapat prinsip-prinsip dasar yang sangat penting dalam aktivitas pengembangan kurikulum. Prinsip-prinsip dasar tersebut memiliki tujuan agar kurikulum yang didesain atau dihasilkan diharapkan memang benar sesuai dengan permintaan (the need) semua pihak, yakni anak didik, orang tua, masyarakat, bangsa dan negara.

II.1.1 Prinsip-prinsip Umum
Ada beberapa prinsip umum dalam pengembangan kurikulum, yaitu:
(1) Prinsip Relevansi
Yakni memiliki kedekatan hubungan dengan apa yang terjadi. Apabila dikaitkan dengan pendidikan, maka perlunya kesesuaian program pendidikan dengan tuntutan kehidupan masyarakat sehinga hasil yang diperoleh akan bermanfaat bagi kehidupan anak didik.

Ada 2 macam relevansi yang harus dimiliki oleh kurikulum, yaitu relevansi ke luar dan relevansi di dalam kurikulum itu sendiri. Relevansi ke luar maksudnya tujuan, isi, dan proses belajar yang tercakup dalam kurikulum hendaknya relevan dengan tuntutan, kebutuhan, dan perkembangan masyarakat. Kurikulum juga harus memiliki relevansi ke dalam yaitu adanya kesesuaian atau konsistensi antara komponen-komponen kurikulum, yaitu tujuan, isi, proses penyampaian, dan penilaian.

(2) Prinsip Fleksibilitas
Kurikulum hendaknya memiliki sifat lentur atau fleksibel, tidak kaku, dan ada semacam ruang gerak yang memberikan kebebasan dalam bertindak. Suatu kurikulum yang baik adalah kurikulum yang berisi hal-hal yang solid, tetapi dalam pelaksanaanya memungkinkan terjadinya penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi daerah, waktu maupun kemampuan, dan latar belakang anak.

(3) Prinsip Kontinuitas
Yaitu kesinambungan dengan menunjukkan saling berkaitan antara tingkat pendidikan, jenis program pendidikan dan bidang studi. Pengembangan kurikulum perlu dilakukan serempak bersama-sama, perlu selalu ada komunikasi dan kerjasama antara para pengembang kurikulum SD dengan SMP, SMA dan Perguruan Tinggi.

(4) Prinsip Praktis
Praktis disini maksudnya mudah dilaksanakan, menggunakan alat-alat sederhana dan biayanya murah. Prinsip ini juga disebut prinsip efisiensi. Terciptanya efisiensi proses belajar mengajar, apabila usaha, biaya, waktu, dan tenaga yang digunakan untuk menyelesaikan program pengajaran tersebut sangat optimal dan hasilnya seoptimal mungkin, tentunya dengan pertimbangan yang rasional dan wajar.

(5) Prinsip Efektivitas
Prinsip efektivitas yang dimaksudkan adalah sejauh mana perencanaan kurikulum dapat tercapai sesuai dengan keinginan yang telah ditentukan.

II.1.2. Prinsip-prinsip Khusus
Ada beberapa prinsip yang lebih khusus dalam pengambangan kurikulum, yaitu:
(1) Prinsip berkenaan dengan tujuan pendidikan,
(2) Prinsip berkenaan dengan pemilihan isi pendidikan,
(3) Prinsip berkenaan dengan pemilihan proses belajar mengajar,
(4) Prinsip berkenaan dengan pemilihan media dan alat pegajaran.,
(5) Prinsip berkenaan dengan pemilihan kegiatan penilaian.

II.2. PENGEMBANG KURIKULUM
Dalam mengembangkan suatu kurikulum banyak pihak yang turut berpartisipasi, yaitu: administrator pendidikan, ahli pendidikan, ahli kurikulum, ahli bidang ilmu pengetahuan, guru-guru, dan orang tua murid serta tokoh-tokoh masyarakat. Dari pihak-pihak tersebut yang secara terus-menerus turut terlibat dalam pengembangan kurikulum adalah: administrator, guru dan orang tua.

1. Peranan para administrator pendidikan
Para administrator pendidikan terdiri atas: direktur bidang pendidikan, pusat pengembangan kurikulum, kepala kantor wilayah, kepala kantor kabupaten dan kecamatan serta kepala sekolah. Peranan para administrator di tingkat pusat (direktur dan kepala pusat) dalam pengembangan kurikulum adalah penyusunan dasar-dasar hukum, menyusun kerangka dasaar serta program inti kurikulum. Kerangka dasar dan program inti tersebut akan menentukan minimum course yang dituntut.

2. Peranan para ahli
Pengembangan kurikulum tentu juga perlu dilandasi oleh perkembangan konsep-konsep-konsep dalam ilmu. Oleh karena itu, pengembangan kurikulum membutuhkan bantuan pemikiran para ahli, baik ahli pendidikan, ahli kurikulum, maupun ahli bidang studi/ disiplin ilmu.
Mengacu pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang ditetapkan pemerintah, baik kebijaksanaan pembangunan secara umum maupun pembangunan pendidikan, perkembangan tuntutan masyarakat, dan masukan-masukan dari pelaksanaan pendidikan dan kurikulum yang sedang berjalan, para ahli pendidikan dan kurikulum memberikan alternatif konsep pendidikan dan model kurikulum yang dipandang paling sesuai dengan keadaan dan tuntutan di atas.

3. Peranan guru
Guru memegang peranan yang cukup penting baik di dalam perencanaan maupun pelaksanaan kurikulum. Guru adalah perencana, pelaksana, dan pengembang kurikulum bagi kelasnya.
Sekalipun ia tidak mencetuskan sendiri konsep-konsep tentang kurikulum, guru merupakan penerjemah kurikulum yang datang dari atas. Gurulah yang mengolah, meramu kembali kurikulum dari pusat untuk disajikan di kelasnya. Karena guru juga merupakan barisan pengembang kurikulum yang terdepan maka guru pulalah yang selalu melakukan evaluasi dan penyempurnaan terhadap kurikulum.


4. Peranan orang tua murid
Orang tua juga mempunyai peranan dalam pengembangan kurikulum. Peranan mereka dapat berkenaan dengan dua hal: pertama dalam penyusunan kurikulum dan kedua dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam penyusunan kurikulum mungkin tidak semua orang tua dapat ikut serta, hanya terbatas kepada beberapa orang saja yang cukup waktu dan mempunyai latar belakang yang memadai. Peranan orang tua lebih besar dalam pelaksanaan kurikulum. Dalam pelaksanaan kurikulum diperlukan kerja sama yang sangat erat antara guru atau sekolah dengan para orang tua murid.

II.3. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGEMBANGAN KURIKULUM
Sekolah mendapatkan pengaruh dari kekuatan-kekuatan yang ada dalam masyarakat, terutama dari perguruan tinggi dan masyarakat.

1. Perguruan tinggi
Kurikulum minimal mendapat dua pengaruh dari perguruan tinggi. Pertama, dari pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang dikembangkan di perguruan tinggi umum. Kedua, dari pengembangan ilmu kependidikan dan keguruan serta penyiapan guru-guru di Perguruan Tinggi Keguruan (Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan).

2. Masyarakat
Sekolah merupakan bagian dari masyarakat dan mempersiapkan anak untuk kehidupan di masyarakat. Sebagai bagian dan agen masyarakat, sekolah sangat dipengaruhi oleh lingkungan masyarakat di mana sekolah tersebut berada. Isi kurikulum hendaknya mencerminkan kondisi dan dapat memenuhi tuntutan dan kebutuhan masyarakat sekitarnya.

1. Sistem nilai
Dalam kehidupan masyarakat terdapat sistem nilai, baik nilai moral, keagamaan, social, budaya maupun nilai politis. Sekolah sebagai lembaga masyarakat juga bertangggung jawab dalam pemeliharaan dan penerusan nilai-nilai. Sistem nilai yang akan dipelihara dan diteruskan tersebut harus terintegrasikan dalam kurikulum. Masalah utama yang dihadapi para pengembang kurikulum menghadapai nilai ini adalah, bahwa dalam masyarakat nilai itu tidak hanya satu. Masyarakat umumnya heterogen dan multifaset.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan guru dalam mengajarkan nilai: (1) guru hendaknya mengetahui dan memperhatikan semua nilai yang ada dalam masyarakat, (2) guru hendaknya berpegang pada prinsip demokrasi, etis dan moral, (3) guru berusaha menjadikan dirinya sebagai teladan yang patut ditiru, (4) guru menghargai nilai-nilai kelompok lain, dan (5) memahami dan menerima keragaman kebudayaan sendiri.

II.4. ARTIKULASI DAN HAMBATAN PENGEMBANGAN KURIKULUM
Artikulasi dalam pendidikan berarti “kesatupaduan dan koordinasi segala pengalaman belajar”. Untuk merealisasikan artikulasi kurikulum, perlu meneliti kurikulum secara menyeluruh, membuang hal-hal yang tidak diperlukan, menghilangkan duplikasi, merevisi metode serta isi pengajaran, mengusahakan perluasan dan kesinambungan kurikulum. Bila artikulasi dilaksanakan dengan baik akan terwujud kesinambungan pengalaman belajar sejak TK sampai Perguruan Tinggi, juga antara satu bidang studi dengan bidang studi lainnya secara horizontal. Tanpa artikulasi akan terdapat keragaman baik dalam isi, metode maupun perhatian terhadap perkembangan anak.

Hambatan dalam pengembangan kurikulum terdapat beberapa hambatan. Hambatan pertama terletak pada guru. Guru kurang berpartisipasi dalam pengembangan kurikulum. Hal ini disebabkan beberapa hal, yaitu: (1) kurang waktu, (2) kekurangsesuaian pendapat, baik antara sesama guru maupun dengan kepala sekolah dan administrator, dan (3) karena kemampuan dan pengetahuan guru itu sendiri.

Hambatan lain datang dari masyarakat. Untuk pengembangan kurikulum dibutuhkan dukungan masyarakat baik dalam pembiayaan maupun dalam memberikan umpan balik terhadap sistem pendidikan atau kurikulum yang sedang berjalan. Masyarakat adalah sumber input dari sekolah. Keberhasilan pendidikan, ketepatan kurikulum yang digunakan membutuhkan bantuan, serta input fakta dan pemikiran dari masyarakat.

Hambatan lain yang dihadapi oleh pengembang kurikulum adalah masalah biaya. Untuk pengembangan kurikulum, apalagi yang berbentuk kegiatan eksperimen baik metode, isi atau sistem secara keseluruhan membutuhkan biaya yang sering tidak sedikit.


DAFTAR PUSTAKA

Idi, Abdullah. 1999. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Jakarta: Gaya Media Pratama.
Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana.
Sukmadinata, Nana Syaodih. 2008. Pengembangan Kurikulum: Teori dan Praktek. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar