Sabtu, 18 September 2010

REKAYASA GENETIKA DAN GENETICALLY MODIFIED ORGANISM (GMO) DALAM POLEMIK

B A B I
P E N D A H U L U A N

Rekayasa genetika merupakan salah bentuk kemajuan teknologi paling mutakhir dalam dunia biologi molekuler. Oleh karena itu, rekayasa genetika memegang peranan penting dalam merubah susunan genetika makhluk hidup sesuai dengan keperluan manusia di masa ini. Penerapan rekayasa genetika juga telah memasuki perangkat terpenting bagi makhluk hidup yakni gen sehingga tumbuhan atau hewan yang dihasilkan dari rekayasa genetika ini diharapkan memiliki sifat-sifat yang unggul, yang berbeda dari tanaman atau hewan aslinya. Disusul dengan perkembangan bioteknologi sehingga pemuliaan tanaman merupakan salah satu sektor paling menjanjikan dalam industri pertanian. Namun, seperti teknologi baru lainnya, keberadaan tanaman hasil rekayasa genetika mulai menuai kontroversi di masyarakat dunia. Ada pihak yang mendukung dihasilkannya tanaman hasil rekayasa genetik (sering disebut sebagai tanaman transgenik), tetapi ada beberapa pihak yang dengan jelas penggunaan tanaman transgenik ini pada manusia. Hal ini menimbulkan polemik bagi masyarakat dunia terhadap keberadaan makanan hasil tanaman transgenik yang sudah tersebar luas di berbagai pasar.
Dalam makalah ini saya mencoba membahas mengenai rekayasa genetika, organisme hasil modifikasi genetik dan polemik yang ditimbulkannya. Pembahasan ini merupakan peninjauan ulang terhadap berbagai jurnal dan artikel terkait rekayasa genetika dan pengaruhnya.


B A B II
P E M B A H A S A N

Rekayasa genetika muncul dan berkambang dengan baik saat ini karena mendapat pengaruh berupa perkembangan bioteknologi dan biologi molekuler. Meskipun begitu, terdapat perbedaan mendasar di antara bioteknologi dengan rekayasa genetika. Bioteknologi menitikberatkan pada pemanfaatan makhluk hidup renik, seperti bakteri, virus bahkan virus maupun produk dari makhluk hidup dalam proses produksi barang dan jasa. Selanjutnya rekayasa genetika bekerja dengan pengambilan gen atau beberapa gen dari suatu sel dan menyisipkan gen –gen tersebut pada sel lain, dimana dihasilkan gen rekombinan dari interaksi ini dan terjadi reaksi biokimiawi pada sel penerima.
Bioteknologi modern saat ini telah menggunakan organisme hasil rekayasa genetika dengan mengubah tatanan gen yang menentukan sifat spesifik suatu organisme. Bidang pemuliaan tanaman pun berkembang dengan pesat dengan meningkatnya kepastian terhadap hasil yang tinggi dan perbaikan kualitas produk pertanian yang dihasilkan melalui penggunaan organisme hasil rekayasa genetika. Berbagai penerapan bioteknologi menuai hasil yang cukup menggembirakan karena penggunaan organisme hasil rekayasa genetika diduga mengandung gizi lebih disbanding tanaman biasa, serta lebih tahan terhadap hama maupun cekaman lingkungan. Namun, kemajuan di bidang bioteknologi tak lepas dari kontroversi yang melingkupi perkembangan teknologinya, contohnya: teknologi cloning dan rekayasa genetika terhadap tanaman pangan yang mendapat kecaman dari berbagai golongan masyarakat (Sihombing, 2007)

I. Hasil Tanaman modifikasi Genetik dan Organisme Lain: Implikasinya pada Keberlajutan Agrikultur dan Keanekaragaman Makhluk Hidup
Implikasi bioteknologi dalam pertanian untuk negara-negara berkembang membawa dampak luar biasa bagi meningkatnya mutu tanaman dan jumlah tanaman yang dapat diproduksi dalam skala besar. Hal ini tidak terlepas dari berkembangnya modifikasi genetik sebagai suatu teknologi untuk merubah karakteristik tumbuhan dan hewan menjadi karakter atau ciri yang diinginkan oleh manusia. Bioteknologi memberikan masa depan dengan adanya tumbuhan hijau yang memiliki kemampuan tahan terhadap hama dan penyakit, fiksasi nitrogen sendiri dan mampu memberikan hasil yang lebih tinggi. Namun, seperti semua teknologi baru, modifikasi genetik juga mnegandung sejumlah resiko. Persepsi orang-orang Eropa bahwa beberapa geenrasi sekarang dari tanaman modifikasi genetik, khususnya yang berkembang di Amerika Serikat, yang toleran terhadap herbisida dan tahan serangga, mungkin memberikan resiko di masa depan dalam keanekaragaman makhluk hidup dalam sistem pertanian intensif saat ini.

I.1. Resiko pada Keanekaragaman Makhluk Hidup
Sebagian besar generasi pertanian modifikasi genetik saat ini membawa inforamsi dalam penyisipan gen untuk toleran herbisida dan resisten serangga atau hama ke dalam varietas asli yang sudah ada. Penelitian terbaru mengatakan bahwa gen-gen dimasukkan ke dalam beberapa tanaman yang diperbaiki secara genetik akan menyebar ke dalam hubungan dengan spesies-spesies asli (berpindah secara konvensional).
Perbedaannya adalah gen yang disisipkan ke dalam hasil tanaman modifikasi genetik selalu diturunkan dari filum lain, memberikan ciri-ciri yang tidak terdapat dalam populasi tanaman liar, dan jika masuk secara tidak sengaja, mungkin akan mengubah keseimbangan dan adanya populasi hibrida diantara tanaman-tanaman asli dan tanaman modifikasi genetik, akhirnya persilangan balik ke dalam spesies asli dan menjadi tetap.
Semua para ahli genetik berargumen bahwa semua gen asing yang dimasukkan ke dalam tanaman/ hibridisasi akan menurunkan sifat mereka ke alam liar. Hal ini tentu membahayakan karena dapat mencemari varietas tanaman asli lain yang tumbuh disekitar lahan tanaman modifikasi genetik. Pemindahan gen-gen tertentu seperti daya resisten terhadap serangga, jamur dan virus dapat meningkatkan kemampuan reproduksi pada hasil hibrida manapun, mungkin membentuk rumput liar yang cenderung agresif atau tanaman-tanaman termasuk populasi liar. Rumput liar yang memiliki toleransi terhadap herbisida dapat muncul, dan hal ini akan sulit untuk dikontrol di lahan pertanian atau dalam ekosistem alam seperti padang rumput. Timbulnya multi toleransi dan resistensi pada herbisida dapat muncul secara dini.
Jika tanaman non-target memperoleh daya resistensi serangga dari tanaman modifikasi genetik, mereka dapat merusak rantai makanan yang bergantung pada tanaman makanan seranggga yang sebelumnya liar dan tidak beracun. Selain itu, perpindahan genetik pada ekosistem asili tidak hanya membawa resiko ekologi tetapi juaga merusak alasan fundamental untuk konservasi tanman dan ekositem tempat mereka bergantung (in situ).

I.2. Tanaman Perbaikan Genetik dan Intensifikasi Pertanian
Adanya kemungkinan berpindahnya gen menyebabkan keprihatinan pada hasil tanaman yang berhubungan dengan tanaman asli dalam ekosistem yang sama, telah menimbulkan komentar heboh di media. Mungkin yang lebih penting adalah fakta adanya manajemen beberapa tanaman perbaikan genetik akan sangat berbeda dari intensif agrikultur konvensional atau penanaman organik. Petani melaporkan hampir semua terjadi pengurangan rumput liar pada tanaman modifikasi toleran herbisida, termasuk kapas, kedelai, jagung, dan lain-lain. Mereka juga melaporkan pengurangan dalam pengunaan herbisida. Seperti yang diketahui, penggunaan herbisida pada spektrum luas pada skala komersial pada tanaman modifikasi genetik toleran herbisida selama masa tanam mungkin lebih jauh membahayakan pada ekosistem lahan pertanian daripada herbisida terpilih yang mungkin mereka gantikan.

II. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama
Perakitan tanaman transgenik tahan hama merupakan teknologi alternatif yang dapat dipakai dalam pengendalian hama. Dimana kerugian yang disebabkan oleh hama dan penyakit tanman diprediksi telah mencapai 37% dari total produksi dan 13% diantaranya disebabkan oleh serangan hama. Sebelumnya, dunia telah mengenal teknologi yang digunakan untuk mengendalikan laju hama yakni dengan penggunaan insektisida, yang beberapa tahun lalu telah menimbulkan masalah baru terhadap keseimbangan alam dengan meracuni beberapa organisme dengan masuk ke siklus rantai makanan. Teknologi lain yang kemudian digunakan adalah penggunaan varietas tahan serperti varietas unggul tahan wereng, namun tidak semua hama mempunyai varietas tahannya. Lalu teknologi berkembang lagi dengan berkembangnya teknologi rekombinan DNA dengan cara merakit tanaman tahan hama melalui rekayasa genetika.
Beberapa kelebihan teknologi ini dibandingkan dengan yang lain adalah, dapat memperluas pengadaan sumber gen resisten, dapat memindahkan gen spesifik ke bagian spesifik pada tanaman, dapat juga memindahkan gen spesifik menelusuri, memungkinkan mengintroduksi beberapa gen tertentu dalam satu waktu transforamsi sehingga dapat memperpendek waktu perakitan dengan resisten ganda, serta dapat menelusuri atau mempelajari lagi perilaku gen yang di intrograsi


I.I. 1. Status Tanaman Transgenik Tahan Hama
Perakitan tanaman trangenik (modifikasi genetika) merupakan salah satu bidang yang mendapat perhatian besar dalam pemuliaan tanaman. Perakitan tanaman transgenik tahan hama umumnya menggunakan gen Bacillus thuringiensis (Bt) pada beberapa tanaman yang membutuhkan perhatian pemerintah saat ni. Sejak tahun 1998, sudah lebih dari 10 jenis tanaman yang berhasil ditransformasikan untuk mendapatkan tanaman transgenik tahan hama. Laporan adanya penanaman tanaman transgenik tahan hama yang mengandung gen Bt di duga dapat mengurangi penggunaan pestisida secara nyata.

II.2. Rekayasa Genetika Tanaman Transgenik Tahan Hama
Di Indonesia, perakitan tanaman transgenik telah dilakukan oleh berbagai lembaga penelitian, termasuk LIPI. Komoditas yang diteliti dan direkayasa meliputi padi tahan penggerek batang dan wereng cokelat, kedelai tahan penggerek polong, ubi jalar tahan boleng dan kakao tahan penggerek buah kakao.
Usaha perakitan tanaman transgenik tahan hama tentu membutuhkan dana yang reatif tinggi dan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas. Lalu diperlukan fasilitas dan peralatan yang relatif mahal sehingga perakitan tanaman transgenik ini harus diprogramkam secara matang agar maksimal dalam penggunaan sumber daya yang ada.
Dalam program perakitan tanaman transgenik tahan hama diperlukan kerja sama antar peneliti dari berbagai disiplin ilmu, seperti ilmu serangga (entomologi), kultur jaringan, biologi molekuler, dan pemuliaan tanaman. Hal yang tidak dapat dipungkiri bahwa keterkaitan disiplin ini dalam perakitan tanaman transgenik tahan hama sangat erat. Peran disiplin ilmu tersebut dalam perakitan tanaman transgenik tahan hama yakni, entomologi berperan dalam penentuan jenis hama target dan gen tahan yang akan digunakan; kultur jaringan diperlukan dalam penyediaan sel atau jaringan target, transformasi dan seleksi, serta regenerasi sel atau jaringan transgenik; biologi molekuler tanaman mengambil peran dalam konstruksi dan rekonstruksi plasmid atau vektor, konfirmasi keberadaan transgen serta kestabilannya dan konfirmasi ekspresi dari gen yang diintroduksi serta kestabilannya; pemuliaan tanaman berperan dengan penyilangan tanaman transgenik dan galur elit untuk mendapatkan tanaman transgenik tahan hama yang mempunyai sifar agronomi yang diinginkan.

III. Makanan Modifikasi Genetik: Berbahaya atau Bermanfaat??
Penggunaan istilah organisme modifikasi genetik atau genetikally modified organism (GMO) atau makanan modifikasi genetik digunakan secara umum pada tanaman hasil pertanian yang diciptakan untuk konsumsi manusia atau hewan dengan menggunakan teknik biologi molekuler. Tanaman ini telah dimodifikasi di laboratorium untuk menambahkan ciri-ciri yang diinginkan seperti meningkatkan resisten pada herbisida atau memperbaiki kandungan nutrisi. Penambahan ciri-ciri yang diingkinkan pada tanaman secara tradisional dilakukan melalui mekanisme perkawinan, namun metode perkawinan tanaman secara konvensional ini dapat memakan banyak waktu dan sering kurang akurat. Rekayasa genetika, dapat membuat tanaman dengan ciri-ciri yang diinginkan secara cepat dan dengan daya akurasi yang luar biasa. Contohnya, ahli genetik tanaman dapat mengisolasi suatu gen yang bertanggung jawab untuk toleran terhadap kekeraingan dan memasukkan gen tersebut ke dalam tanaman lain yang berbeda. Tanaman hasil modifikasi genetik yang baru ini bersifat toleran terhadap kekeraingan sama baiknya. Tidak hanya mampu memindahkan gen-gen dari satu tanaman ke tanaman lain, tetapi gen-gen dari organisme non-tanaman juga dapat digunakan. Contoh terbaik dari penggunaan hal ini adalah gen B.t. dalam jagung dan hasil pertanian lainnya. B.t., atau Bacilllus thuringiensis, adalah bakteri yang secara alami dihasilkan yang menghasilkan protein-protein kristal yang mematikan bagi larva serangga. Gen kristal protein B.t. telah dipindahkan ke jagung untuk menghasilkan pestisida serangga sendiri.

III. 1. Beberapa manfaat makanan hasil modifikasi genetik
Kebutuhan manusia akan ketersediaan bahan pangan akan meningkat dua kali lipat pada 50 tahun mendatang. Hal ini memerlukan ketersediaan makanan untk menghadapi tantangan di masa datang dan makanan hasil modifikasi genetik diharapkan dapat memenuhi permasalahan ini dengan kelebihannya :

1. Tahan hama.
Kerugian tanaman akibat serangan hama serangga merupakan hal yang mengejutkan, kehancuran dihasilkan dengan kerugian keuangan bagi petani dan mati kelaparan di negara-negara berkembang. Petani biasanya menggunakan berton-ton pestisida kimia setiap tahunnya tetapi konsumen tidak ingin memakan makanan yang telah terkena pestisida karena membahayakan kesehatan manusia dan sisa di lahan yang menggunakan pestida dan pupuk dapat mencemari air dan hal membahayakan bagi lingkungan. Munculnya makanan hasil modifikasi genetik seperti jagung B.t., dapat membantu mengurangi penggunaan pestisida kimia dan mengurangi pengeluaran akibat dijualnya hasil tanaman ke pasar.

2. Toleran terhadap herbisida.
Pada beberapa hasil tanaman, hal yang kurang efisien dalam mencabut rumpur liar, maka para petani selalu menyemprotkan dengan jumlah banyak herbisida yang berbeda-beda untuk memusnahkan keberadaan rumput liar, membutuhkan waktu dan proses-proses yang mahal, bahwa dibutuhkan perlindungan sehingga herbisida tidak membahayakan hasil tanaman atau lingkungan. Hasil tanaman modifikasi genetik menjadi resisten pada satu jenis herbisida yang dapat membantu melindungi lingkungan dari bahaya residu sejumlah herbisida.

3. Tahan penyakit
Banyak jenis-jenis virus, jamur dan bakteri yang dapat menyebabkan penyakit pada tanaman. Para ahli biologi tanaman bekerja menciptakan tanaman-tanaman dengan rekayasa genetik tahan terhadap penyakit-penyakit ini.

4. Toleran terhadap dingin
Suhu dingin yang tidak diharapkan akan membunuh bibit yang sensitif. Suatu gen anti beku dari ikan air dingin telah diintroduksikan ke dalam tanaman seperti tembakau dan kentang. Dengan gen anti beku ini, tanaman ini mampu untuk bertahan dalam temperature dingin yang pada kondisi normal dapat membunuh bibit yang tidak dimodifikasi.

5. Toleran kekeringan / toleran salinitas
Pertumbuhan populasi dunia dan kelebihan lahan adalah kebutuhan untuk perumahan disamping produksi makanan, para petani akan butuh untuk menanam hasil tanaman di lokasi sebelumnya belum digunakan pengolahan tanaman. Pembuatan tanaman yang dapat bertahan selama periode panjang terhadap kekeraingan atau kadar garam yang tinggi yang terkandung dalam tanah dan air tanah akan membantu orang untuk menanam hasil tanaman di lahan yang kurang bersahabat.

6. Nutrisi
Kekurangan nutrisi umumnya terjadi di negara-negara dunia ketiga dimana perbaikan pada hasil tanaman seperti beras adalah bahan makanan utama bagi kehidupan mereka. Walaupun demikian, beras tidak mengandung sejumlah besar nutrisi yang dibutuhkan untuk mencegak malnutrisi. Jika beras dapat direkayasa genetik untuk mengandung vitamin dan mineral tambahan maka kekurangan nutsisi dapat dihindari.

7. Farmasi
Obat-obatan dan vaksin sering menimbulkan pengeluaran dan kadang kala dibutuhkan konsisi penyimpanan khusus yang tidak tersedia di negara-negara dunia ketiga. Para peneliti bekerja untuk mengembangkan vaksin yang dapat dimakan pada tomat dan kentang. Vaksin ini akan lebih mudah untuk dikirim, disimpan dan dikelola daripada vaksin suntik yang konvensional.

8. Pengobatan tanaman
Tidak semua tanaman modifikasi genetik tumbuh sebagai hasil tanaman atau buah. Berlanjutnya polusi tanah dan air tanah menjadi masalah di seluruh bagian di dunia. Tanaman seperti pohon poplar yang telah di rekayasa genetik untuk dapat membersihkan polusi logam berat dari tanah yang telah terkontaminasi.

III. 2. Berbagai kritikan terhadap makanan modifikasi genetik
Aktivis lingkungan, organisasi keagamaan, kelompok umum, asosiasi profewsional dan para ilmuan dan aparat pemerintah memiliki keprihatinan yang tinggi terhadap makanan modifikasi genetik, dan mengkritik agribisnis utuk mendapatkan keuntungan tanpa peduli pada potensi bahaya dan pemerintah gagal untuk menerapkan pengeturan keamanan dengan ketat. Hal ini memperlihatkan bahwa setiap orang memiliki opini yang kuat terhadap makanan modifikasi genetik ini. Semua keprihatinan tentang makanan modifikasi genetik ini terbagi dlam tiga kategori yakni: bahaya lingkungan, resiko kesehatan manusia dan keprihatinan ekonomi:
• Tidak membahayakan organisme lain: kajian laboratorium telah mempublikasikan dalam buletin Nature menunjukkan bahwa serbuk sari dari jagung B.t menyebabkan tingginya kematian pada ulat bulu kupu-kupu raja. Ulat bulu kupu-kupu raja ini memakan tanaman rumput susu, bukan jagung, tetapi bahayanya adalah serbuk sari dari jagung B.t. terbang oleh angin ke tanaman rumput susu ini di lahan tetangga, ulat bulu termakan serbuk sari dan akhirnya mati.
• Pengurangan efektifitas pestisida; hanya beberapa populasi nyamuk yang berkembang menjadi resisten terhadao pestisida DDT, banyak orang prihatin bahwa serangga akan menjadi resisten pada B.t. atau hasil tanaman lain yang telah dimodifikasi genetik untuk menghasilkan pestisida mereka sendiri.
• Perpindahan gen ke spesies non-target: keprihatinan lain adalah bahwa hasil tanaman modifikasi genetik untuk toleran herbisida dan rumput akan terjadi perkawinan silang, menghasilkan pada perpindahan gen resisten herbisida dari hasil tanaman ke rumput.

Solusi yang ditawarkan dari ketiga permasalahan ini bermula dari gen-gen yang bertukar di antara tanaman melalui serbuk sari. Dua cara untuk memastikan bahawa spesies non-target tidak akan menerima introduksi gen dari tanaman modifikasi genetik adalah dengan membuat tanaman modifikasi genetik yang jantan bersifat steril (tidak memproduksi serbuk sari) atau dengan memodifikasi tanaman modifikasi genetik sehinnga serbuk sari tidak mengandung gen introduksi. Penyerbukan silang tidak akan terjadi dan jika serangga yang tidak berbahaya seperti ulat bulu kupu-kupu raja akan memakan serbuk sari dari tanaman modifikasi genetik, ulat ini akan bias bertahan hidup. Solusi lain adalah untuk membuat zona pelindung di sekeliling tanaman modifikasi genetik.

Resiko kesehatan manusia
• Alergi: banyak anak-anak di Amerika Serikat dan Eropa yang alergi teradap kacang dan makanan lainnya. Hal ini terjadi mungkin karena introduksi gen ke suatu tanaman mungkin membuat suatu alergen baru atau menyebabkan reaksi alergi pada individual yang rentan.
• Efek yang belum diketahui bagi kesehatan manusia: hal ini menumbuhkan keprihatinan bahwa introduksi gen asing kedalam makanan berbahan dasar tanaman mungkin suatu yang tidak diharapkan dan berpengaruh negatif pada kesehatan manusia.

Kprihatinan Ekonomi
Dibawanya tanaman modifikasi genetik ke pasar adalah hal yang lama dan memerlukan proses, dan tentunya perusahaan agri-bioteknik berharap untuk memastikan suatu keuntungan kembali pada investasi mereka. Banyak tanaman modifikasi tekonologi rekayasa genetik baru dan tanaman modifikasi genetik yang telah dipatenkan, dan pelanggaran hak paten adalah suatu masalah besar dalam agribisnis. Yayasan perlindungan konsumen cemas bahwa pematenan varietas tanaman baru ini akan menaikkan harga benih begitu tinggi bagi petani kecil dan negara-negara dunia ketiga tidak akan dapat mampu menggunakan benih hasil tanaman modifikasi genetik, dan hal ini akan semakin memperbesar jarak antara si kaya dan si miskin.

III. 3. Pelabelan makanan modifikasi genetik
Pelabelan makanan modifikasi genetik dan produksi makanan juga menjadi isu perdebatan. Dalam keseluruhan, industri agribisnis percaya bahwa pelabelan bersifat sukareala dan mempengaruhi permintaan pada pasar bebas. Jika konsumen menunjukkan keinginan untuk pelabelan makanan dibawah makanan non-label, lalu industri akan memiliki pemasukan untuk mengelola dirinya sendiri atau resiko menjauhnya konsumen. Kelompok-kelompok peduli konsumen, meminta penegasan pelabelan. Orang seharusnya tahu apa yang telah mereka makan, inilah argument dari kelompok pedulidan secara sejarah industri telah membuktikan dirinya sendiri untuk tidak percaya pada kerelaan sendiri dengan keberadaan pengaturan keamanan.


D A F T A R P U S T AK A

Amirhusin, Bahagiawati. 2004. Perakitan Tanaman Transgenik Tahan Hama. J. Litbang Pertanian 23 (1): 1-7.
B. Whitman, Deborah. 2000. Genetically Modified Foods: Harmful or Helpful?. United State: CSA Discovery Guides.
Johnson, Brian. 2000. Genetically Modified Crops and Other Organism: Implication for Agricultural Sustainability and Biodiversity. 131-138.
Sihombing, P., Manalu, A., Harahap, F., Gultom, T. 2007. Genetika Dasar. Medan: FMIPA UNIMED.

2 komentar:

  1. Grand Falls Casino & Hotel - Mapyro
    Grand 나주 출장마사지 Falls Casino & Hotel in Casino Lake 경상북도 출장안마 Charles 제주 출장마사지 offers 2100 slots, 21 table games 밀양 출장안마 & 24/7 live entertainment. Find reviews, hours, directions,  Rating: 2.7 · 수원 출장안마 ‎17 reviews

    BalasHapus